Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

Nanar

1. Malam ini tak dapat pejamkan mata. Kepalaku serasa dihujani beribu kata-kata yang memahat prasasti tentangmu. Otakku mememorisasikan siluet indah di bibirmu tadi, bukan tertawa, bukan pula tersenyum. Namun begitu indah bagiku. Malam ini sungguh tak dapat pejamkan mataku karena kamu. Kamu yang berkaos putih bergerak membentuk bayangan imaji. Berpendar-pendar dalam gelapnya kamar tidurku. Mengapa terus pikirnya? “Dia jarang tersenyum. Itu keren buatku,” karena aku suka dia tanpa senyumnya itu. Malam ini aku kembali tak pejamkan mataku walau berton-ton kantuk tengah menggelayuti kedua kelopaknya. Masih karena kamu yang bermain futsal di bawah sana. “Lucunya! kaos putih dan celana pendek itu melekat pas di tubuhmu,” tak henti bola mata ini bergerak mengikuti perpindahan vektor kakimu yang lincah menggiring bola. Sementara aku menggila karenamu, Ishtar di atas sana sedang memandang dan tersenyum padaku. Lalu tangannya yang tak kasat mata membelai lembut sebagai angin ...