Postingan

Serpihan Surga itu Bernama Gombong

Gambar
Pantai Menganti, Gombong, Kebumen. Doc : Pribadi. Serpihan surga itu telah jatuh di Indonesia. Salah satunya tercecer di sebuah wilayah tengah Pulau Jawa. Di sebuah kabupaten kecil yang belum banyak dikenal orang, Gombong, Kebumen. Anda tak perlu punya banyak tabungan untuk menikmati pantai dengan sunset yang romantis layaknya Bali. Gombong bisa menghadirkannya dalam porsi hemat budget. Bahkan, tak hanya satu pantai yang bisa dinikmati. Kabupaten ini punya banyak pantai yang bisa Anda lancongi seharian penuh, karena jaraknya yang berdekatan. Ulasan pertama menyambangi Pantai Menganti , jalan menuju pantai ini cukup berliku. Jika Anda menggunakan kendaraan pribadi beroda empat, maka ada baiknya memastikan pengemudinya cukup handal untuk membolak-balikkan kemudi mobil. Sepanjang jalan menuju pantai ini, Anda akan melewati spot pantai-pantai lain yang mungkin bisa ikut diicip saat pulang nanti. Jangan tergoda untuk mampir ke pantai-pantai ini terlebih dulu, ...

Bersenandung Bersama Ibu Pertiwi

Gambar
Lanskap apa yang pertama kali terlintas di benakmu saat diminta menggambar pemandangan? Abdullah Suriosubroto, “Pemandangan di Sekitar Gunung Merapi”, tahun 1930. Gunung yang tinggi menjulang dengan pohon di kanan kirinya, jalan setapak, rumah, dan sawah. Lanskap yang umum menggambarkan keindahan panorama Indonesia. Ternyata, gambar semacam ini tak hanya lazim dibikin anak-anak saat pelajaran menggambar. Tapi juga banyak direduksi para seniman dalam media kanvas. Coba saja tengok pameran bertajuk “Senandung Ibu Pertiwi.” Seorang pelukis bernama Abdullah Suriosubroto mengabadikan “Pemandangan di Sekitar Gunung Merapi” di tahun 1930. Ia melukiskannya hampir sama persis. Seperti gambar-gambar gunung yang sering kita buat semasa duduk di bangku sekolah dasar dulu. Ada gunung merapi berwarna keabuan menjulang, berpadu dengan tebalnya asap belerang yang menutupi sebagian lereng.  Sebuah jalan setapak membelah di tengah-tengah gunung. Memisahkan sawah dan pepohonan di sisi ka...

Perempuan Tua

Gambar
Dia gelar koran di depan stasiun kota. Dari dalam bungkusan plastik hitam dikeluarkannya sedikit gorengan dan air putih. Aku, kamu, dan mereka sempat tak acuh akan hadirnya. Kami sibuk urusan masing2. Aku lapar, sibuk makan pop mie. Kamu sibuk, benar sibuk menjawab tiap telepon dr kolega. Mereka yg lainnya pun sibuk berlaku, laku apa saja biar dikata punya kerja. Sampai ia bertanya padaku, “pop mie nya masih nyisa?”

Betina

Percayalah hay  betina,  "Kepada yang membuat nyaman lalu pergi meninggalkan? Ketulusan tak setega itu," Perempuan itu bukan ingin menyulut, dia hanya ingin konsisten. kau sebut ia jahat, bukankah mubazir jika tuduhan tak terlaksana? Perlukah betina, diungkapnya kehipokritan sesamamu? Yg kau kata sebagai kepo?  Perempuan tak punya waktu bahkan untuk menyungging sinis terhadapmu. Sesamamu dg rela hati memberi arti kemajemukan, status menggunjing, status menghasut dan status terhapus. Ah, apa kau tahu? Sebagai perempuan haruslah berdiri di depan, bukan menghamba kepada tuan. Berhentilah bercakap dan bermuka dua, tak ada perempuan yang memaksa untuk dikenalkan atau mengenalkan orang tua. Para perempuan, cukup diam, bergerak angkuh, dipersilahkan, dimohonkan. Tidak ada perempuan yang mau dipegang bahkan sejengkal kulitnya oleh tuan bertanda kepemilikan. Betina melakukan itu semua, bahkan ketika tahu tuan sudah bernama. Kau kata perempuan itu "betina" sebab mereb...

Untuk Sarah

Gambar
Mencintai tak hanya dengan dia yang bisa membangunkanmu dg peluh kenikmatan semalam. Mencintai, pun pada makhluk ini. Dia bukan milik saya, dia milik seorang teman yg rela membeli dg sebuah nominal harga, hanya untuk gengsi semata. Beberapa waktu lalu saya main ke sana, melihat si anjing satu bulan ini gemetar, kaing-kaing dan hanya bisa ngumpet di balik meja, takut manusia. Dua hari sudah ditinggal empunya, tak diberi makan ataupun uang jajan. Di antara kaki kanan dan leher ada seulas tali yg membelit kencang “supaya nurut saat dikekang,” kata yg punya. Baunya sudah macam-macam, mual menciumnya, akhirnya si anjing satu bulan kumandikan, kuberi makan daging ayam dan susu hangat. Benar, orang-orang banyak kurang bermental untuk mencintai yang tak berpeluh nikmat, pikirnya si anjing satu bulan seperti mainan. Hidup untuk menuruti, Mati lalu dikuburkan. Lantaran dia anjing, walaupun masih satu bulan tak ada yg gubris waktu melolong kelaparan. Lantaran dia anjing, saya d...

Kau

Teruntuk... Akan tiba saatnya kita bicara ttg kehilangan dalam kebas bersama. karena bumi akan berhenti berotasi, tak ada senja lagi, atau bahkan dirinya sendiri. Pada akhirnya rasa percaya atau rasa skeptis sama saja. Hanya rasa-rasa yg hanya turut menambah rasa bla-bla-ku padamu, entah disebut apa dia. Mungkin rasa cinta.  Katanya rasa cinta itu buta makanya aku masih saja punya rasa percaya. Rasa percaya yang buta Bumi selalu berotasi, menjejali hari dengan penanti mentari saat sore menengarai. Tapi mentari pada senja selalu manja, selalu sesukanya. Hadir namun tiada dalam tampuk mendung, mendung di akhir bulan November. Kukata November karena ia penuh banyak rasa, rasa yg kucipta hingga rasa jengahmu menjejali hati. Hati, Hatimu. Hatimu yang berkata "Hingga kini aku tetap mentari sore hari,"

Nanar

1. Malam ini tak dapat pejamkan mata. Kepalaku serasa dihujani beribu kata-kata yang memahat prasasti tentangmu. Otakku mememorisasikan siluet indah di bibirmu tadi, bukan tertawa, bukan pula tersenyum. Namun begitu indah bagiku. Malam ini sungguh tak dapat pejamkan mataku karena kamu. Kamu yang berkaos putih bergerak membentuk bayangan imaji. Berpendar-pendar dalam gelapnya kamar tidurku. Mengapa terus pikirnya? “Dia jarang tersenyum. Itu keren buatku,” karena aku suka dia tanpa senyumnya itu. Malam ini aku kembali tak pejamkan mataku walau berton-ton kantuk tengah menggelayuti kedua kelopaknya. Masih karena kamu yang bermain futsal di bawah sana. “Lucunya! kaos putih dan celana pendek itu melekat pas di tubuhmu,” tak henti bola mata ini bergerak mengikuti perpindahan vektor kakimu yang lincah menggiring bola. Sementara aku menggila karenamu, Ishtar di atas sana sedang memandang dan tersenyum padaku. Lalu tangannya yang tak kasat mata membelai lembut sebagai angin ...